Sibuk Privat
Semuanya berjalan lancar. Dengan raga ini, niat dan hati. Pikiran yang tercurahkan. Tanggung jawab yang terus membelenggu. Semuanya rutin dilakukan. Dan itu indah. Tapi bukan menurut ku. Kini, semuanya hanyalah kenangan yang mengalir. Faedah apa. Ada faedah. Iya ada. Tapi hanya untuk diri sendiri. Alone. Tidak berbagi. Dan rasanya itu, seperti ada yang mengganjal. Ada hal yang tidak bisa lepas.
Kalau kamu hanya melihat dari kacamatamu saja. Memang ringkas, singkat dan bahagia. Namun tidak dengan diri ini. Kadang menganggap, semuanya sia-sia. Apa yang ada, apa yang terjadi, semuanya seakan bagai abu. Datang lalu hilang. Tak pernah menetap. Makanya terus terasa. Hati ini kosong. Tiada rasa yang membekas. Rasa itu yang belum terungkap dalam ucapan. Rasa persaudaraan. Diri ini kehilangan.
Semakin diurik-urik kejadian yang berlalu, semakin sakit. Seperti hidup ini berjalan berfaedah tapi tidak terasa faedahnya sama sekali. Karena ujung faedah itu tentang uang. Kebahagiaan duniawi yang dinikmati sendiri. Tanpa orang yang peduli. Disekitar maupun tidak mendekat sama sekali. Semuanya perlahan menjauh. Karena diri ini terlalu egois dan apatis. Tidak pernah menyatu, melebur. Hanya diam, melihat dan mengamati. Setiap kejadian yang ada. Tidak pernah masuk dalam suatu suasana yang dinamakan persahabatan.
Seketika aku merasa gagal. Dan waktu terbuang percuma. Karena banyak waktu spesial terlewatkan. Waktu-waktu yang tak dapat terulang kembali. Waktu itu telah terlewati begitu saja. Sia-sia. Akankah diri ini jadi seperti ini terus-menerus. Bergerak tapi tidak bergerak. Karena apa? Karena ada hal yang tersembunyi. Hal yang dulunya tidak penting, bahkan sampai sekarang tidak penting. Aku kehilangan masa-masa indah itu. Sangat menyedihkan.
Comments
Post a Comment