#63 Februari Manis

Februari Manis


cr : pinterest


             Aku tau. Aku baru sadar. Ya setidaknya tersadarkan. Tepat setahun yang lalu. Takutmu berpindah menjadi takutku. Aku menyesal. Karena salah mengira. Pertanyaan-pertanyaan bodohku yang membuatmu tertekan. Kamu bukannya tidak peduli. Tapi pasrah, karena harus ada hal yang diikhlaskan. Karena hal yang terpenting yang masih kamu perjuangin.

            Kamu hebat. Kamu berhasil survive. Kamu keren. Kamu melalui nya dengan bangga. Aku menyesal telah menyalahkanmu. Aku jatuh karena pikiranku sendiri. Terlalu over dan terbuai kata negatif. Dulu, aku tahu, kamu tidak pandai menjelaskan. Tidak pandai berkata. Karena sudah kehilangan kata dan harus fokus.

            Kenapa. Kenapa aku tidak menyadarinya. Really, aku sangat egois untukmu. Aku tahu kenapa kamu tidak bersungguh-sungguh meminta maaf. Karena kamu bimbang. Bingung. Kamu memang tidak sepenuhnya salah. Kamu tidak akan melepas apapun waktu itu. Aku yakin, kamu bimbang. Seharusnya aku tetap tenang. Tetap pada porsiku. Karena takdir tidak pernah salah.

            Sesuai target, kamu berada pada pilihan yang tepat. Aku tidak menyangka akan serumit ini. Tapi sungguh melegakan mengetahui aslinya. Walau bimbangnya beralih. Ya. It's okey. Aku berharap juga akan sepertimu. Melalui nya dengan baik. Survive in the new city. Ya itulah yang harus dilewati. Pengalaman yang bukan akhir. Tapi awal perjalananku di kota baru.

            Berdoa. Kebijaksanaan hati yang terus dilakukan. Tentu saja cerita ini belum usai. Dan aku yakin, takdir tidak pernah salah. Kita telah berdamai dengan angan masing-masing. Dengan ketidakpastian. Semoga ada jawaban yang lebih lanjut. Menentukan skala usai yang seharusnya. Atau berjalan berdampingan dengan anggun. I hope so.

Comments