Skala Prioritas
Semenjak kehilangan dan menghilang tanpa alasan maupun berasalasan yang tak sesuai logika, kini aku sadar bahwa, semuanya yang telah terjadi akan membekas, dan bekas luka itu menimbulkan suatu hal yang tak nyaman. Ya, sebelum tragedi terjadi, memang kuakui sangat bahagia dan tertawa lepas. Hal-hal yang dirasa berasalasan tak logis, terus menerus dimaklumi, tanpa ada tanda tanya, mengapa, kenapa dan permohonan maaf yang pasti.
Aku tau semua orang melakukan kesalahan, namun kesalahan yang bertubi-tubi terhadap orang lain, membuat orang itu muak dengan apa yang dilakukan. Tak nyaman kan, ingin meminta maaf tapi pantaskah kesalahan ini dimaafkan. Ya, kecewa sih, gimana engga. Pembawaan mudah dipercaya, namun ternyata iblis, tak bisa dijaga omongannya.
Hei, jika terus menerus begini, kamu tak takut dosa kah. Ya, relasi mungkin bisa dibangun kembali dengan orang baru, namun melupakan dan mencampakkan yang lama? Apakah pantas berperilaku seperti semuanya baik-baik saja? Wait, kamu ga seperti ini sebelumnya. Apa sih yang disembunyikan, sehingga harus terus berbohong?
Aku menghitung berapa jumlah yang terkecewakan. Dan ternyata, semuanya. Iya tau, sedang sibuk kan? Tapi, bisa ga sedikit saja, melihat sekitar, peduli sekitar, tugas dan harapan mereka, tanggung jawab yang kamu digenggam. Kalo misal ada sesuatu yang harus dikerjain lainnya, kenapa si dulu harus memulai?
Apa perlu menyusun skala prioritas lagi? Agar semuanya terkuak. Apa perlu pubblish jadwal pribadi? Agar pada hari sibuk tidak bisa diganggu gugat. Bahkan chat semua diarsip. Jadi sekarang apa ada prioritas itu? Kalo dijalanin setengah-setengah mending dulu gausa ikut campur deh. Dulu sebelum memulai, mikir ga si kedepannya?
Cuma iseng? atau apa? Agar kelihatan wah gitu? Dulu niat nya luasin relasi dan biar ga kambuh mental illness nya kan? Biar ga sendirin? Belajar hal yang baru dan banyak pengalaman? Kalo semua yang dibangun satu-persatu ambruk gini, percuma dong. Sayang waktu, tenaga dll. Sibuk terus gaada waktu istirahat. Demen banget ya nyakitin diri sendiri.
Oi, wake up. Dunia mu kini sedang amburadul. Sekarang kamu masih tenang-tenang saja. Dan bahkan memilih tidur? Kamu meruntuhkan segalanya dan kamu hanya diam? Gimana? Capek ya? Ya mampus. Sekarang, ambil tindakan yang baik, perbaiki dan pertahanin yang masih tersisa. Aku harap kamu terus sadar bahwa kamu dalam lajur berproses. Fighting!!
Deep banget kak
ReplyDeleteEvaluasi lalu bikin skala prioritas ☺️
ReplyDeleteSetuju kk
ReplyDeletetulisan nya bagus dan menyentuh sekali
ReplyDelete