Bukan Sapi
Keluar dari zona nyaman sebagai sapi yang digiring keras namun tidak berdasi adalah keputusan yang berat. Keluar dari lingkaran yang tidak membawa perubahan hanyalah menunggu nominal-nominal yang akan didapatkan di akhir bulan. Baik itu sedih ataupun senang sudah berusaha ditepis untuk memulai awal yang baru. Membangun suatu hal yang baru dengan rencana mentah yang bahkan sudah totalitas berproses dan ber-ekspektasi pada hasil yang melejit.
Terus bergerak dengan bayangan yang dirasa akan melampauinya. Walau ringkih dalam berjalan, namun diambil keputusan bersama dan berdiskusi untuk menemukan opsi selanjutnya. Selama beberapa hari perjalanan dengan 7 km dan mungkin lebih. Menyenangkan karena seperti journey yang menjelajah berbagai tempat asing walau di kota sendiri.
Perasaan, baru kemarin bersemangat. Terus berlari walaupun tak ada yang mengejar. Memaksimalkan waktu walau menjadi tledor. Lalu, selepas itu, ditampar oleh kenyataan sendiri, dimana ternyata sangat diluar kendali. Ceroboh. Bergerak itu kewajiban si, namun kali ini melupakan satu hal. Belajar. Dari softskill, hardskill atau yang lainnya.
Sekarang sudah sangat bosan. Plan sudah terkumpul hingga opsi ketiga. Dan ternyata gagal juga. Baru sadar ternyata emang keahlian untuk mempersiapkan harus sematang itu. Bayangkan, dalam kurun waktu sekitar 1 minggu, sudah ditampar 3 kali ekspektasi. Dan yaps, gugur dan runtuh seketika semangat juang itu tadi.
Yah. Sangat disayangkan. Hati dan pikiran tidak bisa bernegosiasi. Apalagi raga, sudah pusing, muak, capek, lelah dan sakit. Puas? Apa doa orang lain terhadap plan ini dijabah? atau hanya kita yang kurang berdoa? Sampai-sampai rehat sebentar pun malah menjadi istirahat yang lama. Dan untuk bangkit gila ini susah banget. Hanya satu yang bisa mengalahkan. Kekuatan doa itu tadi dan sebuah keniatan.
Ayo, waktu tinggal seminggu lagi dan masih sempat berleha-leha? Camkan tamparan tadi. Apa harus kalah dengan kegagalan? Masih dikasi hati untuk merasa. Dikasi pikiran untuk melanjutkan plan selanjutnya. Karena gaada tuh semua rencana yang gagal. Bahkan belum dicoba seratus kali kan? Apa? Mau marah dengan hati yang mati rasa? Belum mati fisik beneran kan?
Ayo dikejar. Memang perjuangan itu sulit. Walau tanpa keringat yang menetes. Tapi bisa dengan kopi untuk bereaksi aktif di otak. Sulit? Pasti. Kalo mudah ya kembali saja ke zona nyaman tadi. Mau? Menjadi bubuk kopi terus menerus? Apa tidak mau mencetak kertas-kertas dari bisnis nama sendiri? Ayo. Ini hanya trouble di tengah jalan.
Pupus itu hanya bagi orang yang tidak percaya diri. Sekarang rencana yang tersusun kembali, tinggal apa? Merealisasikan. Cepat. Sebelum semangat nya pudar lagi diterpa zona aman. Jangan lupa untuk menabung dan sedekah. Mungkin perlu pakai sapu tangan agar jari jempol dan telunjuk tidak berwarna merah. Perjalanan masih panjang. Jangan tidur sekarang. Gabaik. Semangat.
Semangat berjuang
ReplyDelete