#36 Pening

 Pening



        Kepala ini seperti mau pecah rasanya. Memikirkan kehidupan dengan segala kerumitannya. Masalah dan tanggung jawab silih berganti berdatangan. Tidak jarang pula yang datang dengan beramai-ramai. Seperti tidak sabar untuk diselesaikan, diatasi, dan dievalusi. Seperti terburu-buru dikejar waktu. Padahal waktu itu sebenarnya tidak mengejar hanya berjalan berlalu semaunya.

        Berbagai pihak kerap kali mengganggu pikiran kita. Dengan tututan bak gunung yang mereka lontarkan tanpa tahu kondisi kita sebenarnya. Dan semua itu memang benar. Mereka tak akan mau tahu kondisimu. Mereka hanya ingin tuntutan mereka di selesaikan tanpa ada sepatah kata darimu. Sepatah kata minta kelonggar waktu, kelonggaran beban dan sebagainya. Disinilah kita merasa waktu begitu sempitnya. Sampai-sampai, tidak ada waktu untuk memikirkan diri sendiri. 

        Libas dan hajar terus tuntutan itu sampai tidak ada yang tersisa. Semangat dan komitmen yang tinggi itu perlu, agar kita terus bertahan walau tuntutan itu seperti badai di lautan yang akan mengombang-ambingkan bahtera di lautan. Tanpa peduli bahtera itu hanya berupa rakit ataupun kapal persiar mewah nan megah. Seperti halnya barhtera itu, kita harus dapat kokoh bertahan tak peduli tuntutan dari siapa itu, dari mana asalnya. 

        Itu semua memang buat pening kepala. Jika dipikirkan berbarengan. Coba pikirkan itu semua satu persatu. Tak akan pening kepalamu. Jangan bilang itu tidak mungkin, tidak bisa. Jika kau berpikir tidak bisa, ubah dulu pola pikirmu. Ubah dulu cara berpikirmu. Saat kau sudah rubah cara berpikirmu, baru lanjutkan berselancar di sini. Ubah pola pikirmu, aku tunggu. Dan jangan terlalu lama, tak baik menghabiskan banyak waktu karena hanya untuk merubah pola pikirmu.

        Hebat, aku ucapkan kepadamu yang punya tekat besar untuk taklukkan tuntutan mereka. Mengubah pola pikirmu adalah tahap pertama dalam langkahmu yang baru. Seseorang yang putus asa bisa menjadi yang berkuasa cuman dengan merubah pola pikirnya. Pola pikir untuk bangkit dari putus asanya. Pola pikit untuk berjuang dalam angannya.

        Tulis semua tuntutan mereka pada lembaran-lembaran buku dengan penamu yang penuh dengan tinta semangat juang tinggi. Tuliskan sedetail detailnya sampai-sampai ada cerita di dalam tulisanmu itu. Cerita tentang apa yang kau mau kerjakan dari tak lakukan apa-apa hingga terpenuhinya tuntutan mereka. Goreskan dengan penamu tahap demi tahap itu dengan terperinci, sampai-sampai kau menuliskan pula kapan kau rehat sejenak.

        Baca tulisanmu itu sekarang. Aku pastikan kepalamu lebih tenang dari sebelum kau goreskan penamu. Baca tulisanmu itu. Tulisan indah yang kau buat dengan penamu. Baca tulisanmu itu. sampai kau hafal denganya. Jika kau puas dengan ceritamu itu, maka kerjakan itu. Sebagaimana kau tuliskan tahap-tahapnya. Lakukan itu secara urut tanpa ada yang tertinggal darinya. Tanpa ada yang terlewat darinya. Sampai-sampai tak sadar kau telah selesaikan tuntutan itu.

Jangan lupakan juga kata-kata dosen itu dalam tulisku yang lalu.

"Jika seseorang gagal dalam persiapan berarti orang itu mempersiapkan kegagalan"

Comments

  1. iya benr...
    harus tetap optimis..
    harus lakukan y terbaik..
    biar hasilnya baik..

    ReplyDelete
  2. Gagal itu adalah buah untuk kesuksesan, dari gagal bs berpengalaman dan memperbaiki kesalahan dan akhirnya bs sukses😁

    ReplyDelete
  3. Sebenarnya gagal adalah sukses yang tertunda. Pertanyaannya adalah, kegagalan itu karena memang sudah berusaha lantas gagal. Atau berhenti berusaha lalu nggak dapat apa-apa.

    ReplyDelete
  4. gak ada sesuatu yg gampang didunia ini pening itu hal yg lumrah yg terpenting sengat pantang menyerah itu kunci sebuah kesuksesan.

    ReplyDelete
  5. Gagal dalam sebuah usaha emang selalu terjadi, tapi kita harus bisa bangkit dari kegagalan itu jagan pantang menyerah. Itu baru namanya semagat😊

    ReplyDelete
  6. Tetap optimis, sebab ada yang Maha Berkehendak

    ReplyDelete
  7. Memikirkan kehidupan memang tidak ada habisnya. Habisnya setelah datang kehidupan yang abadi...

    ReplyDelete

Post a Comment