#9 Pengakuan Pahit

 Pengakuan Pahit


            Aku tahu ini sedikit rumit namun ini nyata. Tentang semuanya yang pernah singgah. Tentang bumi yang berputar pada porosnya. Tentang seseorang dalam kegelapan yang mencari jati diri. Tentang waktu yang kini belum terhenti. Tentang semua kejadian diluar dugaan. Tentang kekecewaan perasaan batin. Tentang rasa yang tertahan berangsur lamanya. Tentang raga yang terus mencari kebenaran. Tentang keanehan menulis ini.
            Seseorang baru sadar semua yang terjadi kali ini. Kebahagiaan yang lama yang tak pernah mengusik lagi. Kerinduan akan keadaan masa lalu yang selalu ingin ditinggalkan. Kekecewaan atas perlakuan yang semena-mena tak berpihak pada hati. Semuanya kini telah berubah. Hanya seperti debu yang menunggu untuk disapu. Hanya setetes air yang tak bergeming pada sekitarnya. Melaju ke arah yang belum ditentukan.
            Tak lama mungkin kejadian yang penting hari ini akan terlupakan. Tentang keegoisan mengatur rasa. Kini, semuanya sama, tak ada lagi yang manis maupun pahit. Semuanya terus berputar seperti keadaan awal. Menempuh perjalanan panjang yang bahkan tak ingin dilalui orang. Berusaha untuk bersabar dan berpegang teguh, kuat dan bernyali.
            Walau kenyataan yang harus dihadapi itu berat. Bagai roda yang tak punya pasangan. Melaju sendiri. Melewati semua rintangannya. Tak sedikit masalah yang akan datang. Meminta pertanggung-jawaban. Bagaimana bisa seekor mawar memakan tangkainya sendiri. Mungkin ia akan sakit, karena duri yang ada ditangkai. Namun, penyesalan atas kejadian awal hanya bergulir bagai memori dalam otak.
            Tak banyak yang dapat diharapkan kali ini. Sedikit pencerahan bahwa semua rencana tak mungkin bisa berjalan dengan baik semua. Atau kadang hanya sebuah wacana biasa. Kadang bisa seperti apatis, memikirkan diri sendiri namun banyak orang sebenarnya terlukai. Mungkin semangat yang menjalar bisa kapan saja runtuh. Namun, apa kelelahan itu akan menang dengan patahnya semangat? Ini terdengar sangat gila.
            Tak ada yang tahu bahwa hari yang mereka lalui menjadi awal sebuah tragedi. Tak ada yang menyangka ada setetes air yang turun menurun lewat seolah mata yang berkaca-kaca. Semua orang nyatanya sedikit egois untuk memikirkan orang lain namun apakah tidak ketahui bahwa penyembunyi perasaan memang menang dari awal. Senyuman diatas penderitaannya.
           

Comments