Suasana untuk Mengalah
Jarak bumi dengan bulan bukan sejengkal. Bintang yang
bertaburan di langit malam sangat menakjubkan. Seiring perubahan waktu yang tak
kunjung berhenti. Tawa dan tangis yang belum reda. Hujan rintik yang pasti.
Seakan memaksa diri untuk tetap diam. Perasaan hati yang mulai tak karuan.
Inginkan berteriak dan mengadu pada siapapun. Mengapa kejadian ini dapat
terjadi.
Pundak yang digunakan
untuk menumpu semangat. Lama-kelamaan lesu akibat ulah diri sendiri. Berdiam
entah sampai kapan. Acuh dengan segala hal menyedihkan. Berusaha untuk
berkonsentrasi melakukan hal yang baik. Namun tak bisa. Banyak hal yang
terganjal namun belum sempat dan sulit dikeluarkan.
Apa perlu renggang dari
rutinitas. Menatap nanar langit yang tak sama sekali berbuih. Berpikir apa yang
dilakukan apakah membahayakan. Sedikit demi sedikit tergores luka yang pedih.
Bukankah air mata semua ini palsu. Lalu apakah yang asli. Apakah semua amarah
butuh pelampiasan.
Hal yang bodoh bisa saja
terjadi. Bagai bom yang dapat meledak kapanpun dan dimanapun. Sebagai tanda
bahaya memperingatkan semua orang. Penuh diakui bahwa semua orang tak mau
dianggap kalah. Semua orang kadang apatis dengan dirinya sendiri. Berlomba
tinggi hati tak karuan. Sampai egonya terselamatkan.
Namun, apa itu semua
penyelesai masalah. Tidak. Bahkan tidak sama sekali. Penambah masalah karena
kemungkinan ada orang lain yang akan tersakiti. Bukan hanya diri sendiri.
Pengorbanan tak selamanya sesuatu yang hina. Bahkan, pengorbanan sangat
dibutuhkan. Mereka dianggap penolong. Saat kegelapan mulai melanda
Comments
Post a Comment