#10 Suasana untuk Mengalah

 Suasana untuk Mengalah


          Jarak bumi dengan bulan bukan sejengkal. Bintang yang bertaburan di langit malam sangat menakjubkan. Seiring perubahan waktu yang tak kunjung berhenti. Tawa dan tangis yang belum reda. Hujan rintik yang pasti. Seakan memaksa diri untuk tetap diam. Perasaan hati yang mulai tak karuan. Inginkan berteriak dan mengadu pada siapapun. Mengapa kejadian ini dapat terjadi.
            Pundak yang digunakan untuk menumpu semangat. Lama-kelamaan lesu akibat ulah diri sendiri. Berdiam entah sampai kapan. Acuh dengan segala hal menyedihkan. Berusaha untuk berkonsentrasi melakukan hal yang baik. Namun tak bisa. Banyak hal yang terganjal namun belum sempat dan sulit dikeluarkan.
            Apa perlu renggang dari rutinitas. Menatap nanar langit yang tak sama sekali berbuih. Berpikir apa yang dilakukan apakah membahayakan. Sedikit demi sedikit tergores luka yang pedih. Bukankah air mata semua ini palsu. Lalu apakah yang asli. Apakah semua amarah butuh pelampiasan.
            Hal yang bodoh bisa saja terjadi. Bagai bom yang dapat meledak kapanpun dan dimanapun. Sebagai tanda bahaya memperingatkan semua orang. Penuh diakui bahwa semua orang tak mau dianggap kalah. Semua orang kadang apatis dengan dirinya sendiri. Berlomba tinggi hati tak karuan. Sampai egonya terselamatkan.
            Namun, apa itu semua penyelesai masalah. Tidak. Bahkan tidak sama sekali. Penambah masalah karena kemungkinan ada orang lain yang akan tersakiti. Bukan hanya diri sendiri. Pengorbanan tak selamanya sesuatu yang hina. Bahkan, pengorbanan sangat dibutuhkan. Mereka dianggap penolong. Saat kegelapan mulai melanda

Comments