#44 Titik Fokus

Titik Fokus





        Aku mengingat setiap kejadian itu. Setiap detik, menit, jam, hari bahkan minggu. 24/7 ingatan itu terus berputar. Hal-hal yang semula tidak pernah diduga, akhirnya datang. Secara alamiah namun terstruktur tiap agendanya. Aku mengingat semuanya. Setiap jengkal langkah bahkan hembusan nafas. Aku mengingat semuanya. Lajur yang tidak pernah mulus, berdebu, berasap, kabut, angin, dingin, panas, gerah, haus bahkan pernah sesekali cegukan.
        Tidak akan pernah bisa terlupa. Bahkan selalu terlintas dalam neuron kepala. Setiap kata salah paham. Setiap bubble bercentang satu. Aku membacanya berkali-kali. Aku mengetik sembarang arah. Aku menjelaskan keadaaan dan apa yang kualami. Aku bertanya, mengeluh, mengirim gambar, bahkan panggilan itu tak cukup sekali. Entah berapa jangka waktu dalam kisaran jam dalam satu hari. Tertanda dalam sudut bawah kiri.
         Jadi, semua itu ada hasilnya kah? Saat itu, nihil. Tak berefek apapun. Doa, harapan, tangis, takut, panik, kecewa, kata-kata kutukan, kata maaf bahkan kata terimakasih tak memuaskan. Tak ada senyum tipis yang tulus. Tak ada tawa yang paling serius. Hanya sebuah mimik wajah penyembunyian luka-luka. Saat itu, awal mula berani menampilkan dengan kata "tidak", tidak untuk apapun, aku hanya ingin "di zona ku sendiri".
        Aku tak pernah rela jika waktu senggang terbuang sia-sia. Tak banyak waktu untuk istirahat. Untuk tidur cukup saja sulit terlaksana. Selalu ada bayang-bayang, "apa sih yang akan terjadi besok?". Apa mungkin kisah kemarin belum usai. Apa mungkin akan ada cerita baru yang lebih ekstrem. 
        Healer. Ya, seperti salah satu lagu day6 di album terbarunya. Begitulah saat ini. Banyak caci maki dibelakang ku, ya aku tau. Banyak prasangka buruk dan kalimat tanya yang tidak bisa ditanyakan langsung. Mungkin itu hanya untuk konsumsi obrolan mereka. Tanpa tau yang pasti sumbernya dariku, karena hanya sebuah "pemakluman" atau mungkin yang lebih ganas "hanya ingin sekadar tau, tanpa peduli bukan?". 
        Menciptakan sedikit kata, menuangkan banyak garis pikiran. Tak akan pernah benar, jika hanya dari satu kepala. Bukannya haus untuk cari kebenaran. Tapi memang benar, kisah nyata memang perlu pembuktian. Loh alhasil saksi mata tak akan bertindak bila tidak sesuai kuasanya, oh tidak, bila tidak sesuai mood untuk bergerak maupun berbicara sedikitpun. 
        Dari beragam hal yang terjadi akhir-akhir ini. Aku sadar bahwa... Ternyata aku belum paham dengan titik fokusku saat ini. Aku seakan setengah sadar dalam melakukan berbagai hal yang padat. Iya sibuk, sibuknya hanya mengalir. Buta untuk hal sepele yang harusnya sangat bisa untuk dilakukan dengan profesional.
        Kabut. Apakah terjadi badai di otakku. Liat saja saat aku diam, pandanganku kosong. Liat saja saat aku berbicara, bahkan aku tidak mendengar dengan benar. Liat saja saat aku membaca, bukankah perlu pengulangan teks berkali-kali. Oh tidak , hentikan badai kabut ini. Aku harus menyerap banyak ilmu. Aku harus berelasi bagus. Aku harus, harus, dan keharusan lainnya.
        Bilamana rehat sejenak tak berbuah hasil. Coba ke lain tempat. Tempat recovery yang sejuk. Bilamana tidak bisa dipendam sendiri. Coba berbagi cerita. Tak usah peduli dengan kata hati mereka yang mungkin lain. Ayo speak up. Ayo ditingkatkan public speaking nya. Tentang apa yang kamu rasa, kamu pikirkan, tolong, untuk sekarang jangan dipendam sendiri.
        Sadar, kamu masih hidup. Kamu bukan mayat hidup. Kamu masih bisa bernafas. Kamu masih punya cerita yang panjang lainnya. Never give up. Jangan berharap pada satu titik fokus. Bukankah kamu terlanjur punya banyak fokus? Jika sembunyi adalah cara mu untuk bangkit. Lakukan apa yang menurut mu benar. Hey focuss.. for a better story.

Comments