Manusia Satu Frekuensi
Kala itu, tepatnya hari dimana pikiran terbuka untuk mendaftar sebuah kelas menulis. Aku pernah mengikutinya sebelumnya. Satu tahun yang lalu. Sangat meriah kala itu. Sebuah proses belajar dan membuat karya. Bangga sekali rasanya, mendapat sebuah kesempatan yang berharga. Itu dulu. Di kala sedang asyik-asyiknya menata hati dan menyusun mimpi. Beriringan dengan jejak goresan karya.
Sekitar 8 bulan yang lalu, sebelum pandemi terjadi, aku menemukannya lagi. Sebuah proses. Namun proses itu sekarang sudah tidak berjalan lagi. Sedih rasanya. Sepi karena ada suatu hal. Banyak orang suka hal-hal yang menarik. Namun dengan tanpa biaya. Jika berbayar, rasanya orang itu sangat enggan dan eman untuk mengikuti suatu kegiatan positif.
Aneh ya. Orang jaman sekarang. Berduit tapi tak berotak. Tak bisa bedakan mana yang pantas diikuti dan mana yang pantas untuk ditinggalkan. Hehe. Oke stop. Itu bukan yang akan ku bahas. Jadi sosok makhluk ini, adalah makhluk yang spesial dan unik tentunya. Membuatku selalu tertawa. Padahal ia tidak sedang melawak.
Perjalanan dan cerita pun dimulai. Dari kisah yang dibagikan. Dari cerita kehidupan yang dialami. Dari sebuah sinergi untuk membangun kebermanfaatan. Rasanya asing sekali menemukan manusia tanpa beban yang terus maju menggapai whislistnya. Semangat ya. Aku bersyukur pernah kenal sama kamu.
Random banget. Apapun hal dan kejadian bisa dibahas. Dekat namun tak menyayat. Saling membutuhkan, hanya untuk sekedar bertanya dan menyapa. Mulai dari hal-hal kecil, hingga hal-hal yang bodoh. Terimakasih dan maaf untuk apapun. Semangat untuk berproses. Aku ada, saat kamu jatuh. Aku ada, saat kamu ingin bercerita. Manusia random, si ayam ikan. Baik-baik di sana ya gantengnya aku❤️ i miss you bee (always)😿
Bismillahhirahmanirrahim, allahumma inni as aluka, bi haibati adhawatika, wabi sathwati fil qolbi (bee), wa aqil wahabbata wal mawad, data fii qolbihi wa athifhu ala wabi fadlika ya karim, aamiin ya rabbal alamiin.
Comments
Post a Comment