Overthink vs Openminded
Setiap insan punya kepala. Punya otak. Punya akal dan logika. Punya pemikiran yang berbeda-beda. Di dalam suatu cerita misalnya, banyak pandangan atau sudut pandang dari lain hal. Tentu sangat nyentrik untuk diulas. Karena banyak pemikiran yang aneh, serius, dan sulit dipahami. Banyak juga pemikiran yang abstrak, terburu-buru, dan tiada hasil. Menarik. Membahas satu otak saja perlu beribu-ribu purnama. Apalagi berjuta-juta otak manusia di bumi.
Tentang apa yang ada dipikiran otak. Pernah ga merasa terlaluberlebih memikirkan suatu hal. Sudah terlalu, berlebihan lagi. Double power. Seperti halnya orang dewasa menyebutnya, overthink. Yap, orang dewasa. Karena anak kecil tabu akan hal itu. Semakin tumbuh dewasa, semakin ada saja. Kegiatan yang kompleks. Masih dalam tahap belajar. Masalah yang datang setiap suasananya. Banyak hal yang harus dirangkai. Apalagi mimpi.
Tentang apa yang ingin dilakukan saat ini. Entah itu, berdiam diri, bersenang-senang, atau melakukan hal positif. Semua itu hanya satu tujuan. Pencarian jati diri. Dipaksa untuk berpikir ini itu, agar semua berjalan lancar. Terus menggali mana saja. Bahkan sampai ke titik akar. Dituntut untuk kritis demi tercapai tujuan perubahan. Namun sayang, hal itu tidak semuanya sempurna. Tidak semua berjalan mulus. Seperti apa yang diharapkan.
Bahkan pernah sesekali otak memikirkan hal-hal yang tidak sejalan. Berbelok-belok. Entah itu ke kanan, kiri, atau putar arah. Banyak arah yang terbuka. Sehingga diharuskan bergerak seperti hal nya seekor keledai tersesat. Entah mau berjalan yang mana. Apakah jalan nya benar atau salah. Apakah di depan jalan buntu, atau bahkan jurang(?) Entah.
Bagus si, punya otak se-kritis Aristoteles. Atau mungkin membuat sebuah karya. Namun, apa tidak kasihan terhadap diri. Dituntut untuk bangun dan bergerak. Namun tidak sempat istirahat. Bahkan bernafas saja ter-engap-engap. Yang jelas pikiran tersebut sudah abstrak. Bukan hal positif saja. Negatif bahkan terkait juga. Bukan hal yang indah, namun hal tidak mengenakkan juga berekspektasi.
Boleh terbuka pemikirannya, seperti yang disebutkan, yaitu openminded. Tapi jangan tidak beraturan seperti halnya, overthink. Lebih baik sewajarnya saja. Ambis boleh, lupa diri jangan. Hari esok masih ada, semoga. Jangan dipaksa bila tidak kuat. Bagus si bertahan. Namun, jangan menyakiti diri. Terlebih lagi semua itu perlu penyembuhan. Healing yang berkepanjangan. Akan menguras waktu.
Dua pokok yang berbeda, antara openminded atau overthink. Dalam sisi ini, mereka sama-sama berpikir. Namun dalam lajur yang berbeda. Yang satu mengarah ke positive think. Dan satunya lagi mengarah ke negative think. Semangat ya, semuanya emang perlu proses untuk paham. Jangan berhenti untuk belajar. Siklus ini akan terus bergulir. Sampai waktunya tiba. Hari akhir.
Comments
Post a Comment