Berdamai
"Mari kita lihat, doa siapa yang paling kuat"
Apa menariknya menulis kisah yang menyebalkan dan tiada ujungnya gini? Aku pikir berusaha untuk baik-baik saja itu akan baik. Tapi ternyata tidak. Memang banyak hal sepele yang harus ditimbun demi memfokuskan ke hal yang lebih penting. Tapi semua itu hanya kiasan untuk menimbun sementara hal yang terjadi saat itu. Suatu saat akan timbul bom pada masanya. Karena hal yang belum selesai dan mengganjal akan berujung pada pengulangan. Entah itu hikmah yang dapat diambil atau sebagai karma atas hukuman kesalahan.
Memang, penentuan baik atau buruk itu sudah tercipta. Namun kadang kita selalu menganggap hal yang tadinya baik malah buruk atau malah sebaliknya, hal yang tadinya dirasa buruk itu malah baik buat kita. Sial. Saat ini kesetiaan dijajah, ketulusan diabaikan.
Saat ini aku hanya ingin hidup. Membiarkan diriku bernafas. Membiarkan diriku istirahat untuk sementara waktu. Walau kenyataannya tidak benar-benar istirahat. Dunia yang penuh tekanan ini, bagaimana mau berenti sejenak. Raga berenti beranjak, namun tidak pada otak. Selalu berisik ingin bertindak. Semua angan-angan terinjak. Olah rasa. Aku mencoba untuk tetap waras. Walau di dalam hati rasanya ingin menangis.
Bolehkan aku mencari titik nyamanku? Bolehkah? Apa harus terus-terusan dikejar waktu? Di kejar usia dan ajal yang tak menentu. Aku hanya ingin menjadi diriku. Yang terbebas dari trauma dan macam problema berulang. Aku akan kembali bangkit setelah aku mencapai titik jenu ku. Ingin meningkatkan skill ditengah hiruk pikuknya tekanan. Pengalaman yang membabi buta.
Aku tau kalian tidak ingin membuatku sedih. Aku tau apa yang kalian mau. Aku akan memberikannya dengan segala caraku. Tapi, sebentar, bolehkah aku berdamai dengan diriku dulu? Bolehkah aku menjeda langkahku. Aku akan terus melaju. Namun bahan bakarku terlalu menipis. Akan kuisi ulang terlebih dahulu. Memupuknya agar kembali berdiri. Bukankah aku terlalu kacau saat ini.
Comments
Post a Comment