#60 Realistis vs Impian






        Aku mendengar beberapa cerita menarik akhir-akhir ini. Cerita perjalanan milik orang-orang yang kukenal. Cerita inspiratif kisah mereka yang patut untuk dikagumi. Berbagai pengalaman dan alasan yang mereka hadapi. Sangat epik dibahas untuk penguatan diri. Mereka yang bertahan sampai sekarang, sudah menjunjung tinggi kesabarannya untuk sampai di titik ini.

        Saat ini, waktu yang telah dilalui hanya butuh sedikit pengulangan. Agar lega dan menikmati deja vu kehidupan. Mimik wajahnya menggambarkan kekuatan karena sudah melalui banyak hal. Untuk uluran waktu mereka yang sekejab berhenti, hanya untuk membahas pengalamannya denganku. Rasanya aneh jika kemudian disuguhkan kata lemah. Apa yang sudah dilalui butuh energi yang terbarukan. Mereka kuat atas kuasa nya sendiri.

        Patut dicontoh dan dijadikan pelajaran hal-hal baik yang telah dilewati. Tentang bertarung dengan mimpi-mimpi mereka. Tentang cita-cita yang mereka pendam. Keinginan yang kebanyakan sulit diwujudkan. Namun tetap dihadapi hikmahnya sampai saat ini. Ronde terbaru kehidupan mengupas tuntas perasaan mereka. Meski keajaiban dan keberuntungan bersembunyi diatas kata takdir.

        Sama-sama tak menyangka atas perlakuan semesta yang membingungkan. Terlalu sering ditempa, bukan membuat bangunan semakin kokoh, namun perlahan runtuh. Klimaks yang dihadapi terlalu menyakitkan. Bertubi-tubi dibuat sadar akan situasi kondisi. Dipaksa gagal dengan keadaan. Mengeluh atas kesulitan yang dialami. Tentang kata-kata orang tua dan juga materi.

        Aku tidak menyangka akan sesulit itu melawan hal yang tak terduga. Melawan kebiasaan yang sudah melekat dalam masyarakat. Melawan nasib yang buruk. Sadar bahwa usaha itu akan sia-sia jika tidak diiringi dengan keberuntungan. Banyak yang sengaja harus berbelok agar dapat bertahan hidup. Mengadu nasib pada kerasnya kehidupan. Berasalan realistis dan penutupan akan mimpi-mimpi indah itu.

        "Usaha tidak akan mengkhianati hasil". Kalimat itu sering kudengar dari mereka yang berhasil. Namun, mereka yang gagal, mereka hanya dipaksa merelakan dan berputar balik melakukan apa yang masih bisa dilakukan. Bergerak demi kebutuhan. Perlahan ikhlas dan menerima apa yang terjadi sekarang. Sungguh, mereka tidak pernah menyerah. Hanya, belum waktunya menikmati kejayaan. Karena masing-masing manusia punya periode kejayaannya masing-masing.

        Tetaplah pada porsimu. Ku dengar mereka yang berhasil bukan mereka yang tajam, namun mereka yang bersungguh-sungguh. Jika mimpimu dikhianati oleh takdir. Bukan berarti kamu tidak boleh mempunyai impian yang lain. Impian mu yang baru akan membawa mu pada kejayaan mu di hari kelak. Dan normalisasi kehidupan bukan tentang nasib yang buruk. Namun nasib baik nan buruk mendapat jatah yang adil. 

Comments