Perspektif Lain
Kini, ada seorang makhluk
yang terbaring lemah diatas tumpukan busa dan berselimut hangat. Menatap
kenangan masa dia sadar. Masa dimana dia bisa tersenyum bahagia jauh dari suara
rintihan tangis dari badan yang sakit. Dia dihadapkan pada pernyataan nyata
bahwa dirinya telah diberi ujian sakit untuk menghapus sebagian catatan tidak
baik terhadap dirinya.
Balik dari masalahnya
sekarang, kilas balik seakan memenuhi ruang kepalanya yang pening. Kehadiran
perkataan-perkataan aneh yang kian mengganggu seakan dirinya ingin meminta maaf
kepada seluruh isi alam semesta. Sementara bayangan-bayangan yang datang
menghantui pikirannya seolah meminta untuk dipedulikan.
Dari sebuah adegan yang
ada di kepalanya. Ada salah satu adegan yang sulit ia lupakan. Sebuah kilas
balik yang sangat berarti dimana ada dirinya si pelaku utama. Bukan adegan yang
tidak baik menurutnya namun ada perasaan lain yang timbul akibat perlakuannya
terhadap peran lain. Peran lain dari tokoh dihadapannya. Suasana mencekam di
balik sorot mata tokoh lain tersebut.
Semula mereka baik-baik
saja. Cerita kehidupan mengantarkan mereka pada semua hari yang menyenangkan.
Namun, bukan cerita bila tidak ada konflik di tengah. Hari-hari yang mereka
lewati cukup rumit. Semua argumen antara keduanya kini telah berbeda. Perasaan
egois yang timbul dan datang seolah pembawa bencana.
Di sini akan sulit
menemukan dimana letak kesalahan antar keduanya. Ada satu tokoh dimana ia
memang menguatkan argumennya ada juga yang berhenti menyerah karena terkalahkan
walau argumen tersebut tidak sama dengan jalan pikirannya. Seakan keduanya
tidak ada hubungan yang terspesialkan.
Namun, pernyataan itu
salah. Mereka bersahabat. Hampir hal-hal kecil dilalui bersama. Hal-hal yang
ceroboh. Namun sangat menyenangkan mengingatnya. Mereka hampir lupa pernah
bahagia dan tertawa bersama. Seakan ada takdir yang terus menerus mempertemukan
mereka. Rumit namun pernyataan itu nyata. Mereka saling menyayangi bak sahabat
bertahun-tahun lamanya.
Comments
Post a Comment